Widget HTML #1

Cerita Sangkuriang dalam Bahasa Inggris dan Artinya


STORY TELLING SANGKURIANG - Sangkuriang dikenal sebagai legenda asal muasal gunung tangkuban perahu. Gunung yang dipercaya berasal dari perahu yang terbalik. Sangkuriang dikenal sebagai seorang anak yang ingin enikahi ibunya sendiri, sang ibu yang ditakdirkan untuk terus muda bersusah payah meyakinkan sangkuriang bahwa mereka adalah ibu dan anak namun Sangkuriang menolak untuk percaya. Oleh karenanya sang ibu kemudia memberinya tugas berat yang mustahl dipenuhi oleh manusia biasa. Untuk melihat lebih lanjut bagaimana cerita selengkapnya mari kita lihat cerita singkat dibawah ini;

Cerita Sangkuriang dalam Bahasa Inggris dan Artinya


Dayang Sumbi was a daughter of King Prabu Sungging Perbangkara. She was a beautiful girl who was also adept in weaving and cooking. Many noblemen came to propose her, yet the princess chose to turn away from all of them (Dayang Sumbi adalah seorang putri dari Raja Prabu Sungging Perbangkara. Dia merupakan wanita yang cantik yang sangat mahir dalam menyulam dan memasak. Begitu banyak pria – pria mapan yang melamarnya, namun putri tersbeut memutuskan untuk melarikan diri dari mereka semua).

She was afraid that if she accepted one of the proposals, it would cause wars among the men. Finally, with the king’s permission, Dayang Sumbi secluded herself in a hut on the fringe of a jungle, carrying her weaving tools. She spent her time weaving clothes (dia takut jika dia menerima pinangan salah satu dari merkea, hal itu dapat membuat perperangan diantara mereka. Akhirnya, dengan izin sang Raja, Dayang Sumbi mengasingkan diri di sebuah gubuk dekat dengan pinggir hutan, dengan membawa segala perlengkapan menyulamnya. Dia menghabiskan waktu dengan menyulam pakaian).

One night, Dayang Sumbi was weaving on the porch when one of her thread rolls accidentally slipped out of her hut to the dark. She uttered a vow: “whoever takes back my thread, if it is a woman I will take her as sister, if it is a man I will marry him.” (suatu malam, Dayang Sumbi sedang menyulam di beranda ketika salah satu dari benangnya secara tidak sengaja tergelincir keluar dari gubuk ke gelap malam. dia kemudian berjanji”siapa saja yang bisa menemukan gulungan benangku, jika dia perempuan dia akan menjadi adikku, jika dia seorang lelaki dia akan aku nikahi.”)

Suddenly, a black male dog showed up with the thread. Dayang Sumbi kept her promise to marry a male who found the thread. “Well, dog. Although you’re an animal, I’m willing to be your wife,” said Dayang Sumbi. Miraculously, the dog turned into a handsome young man. Dayang Sumbi was speechless to see that. “Who are you?” she asked. “I am an incarnation of god,” said the young man (tiba – tiba, se-ekor anjing berwarna hitam muncul sambil membawa gulungan benang. Dayang Sumbi menepati janjinya untuk menikahi seorang pria yang menemukan gulungan benangnya. “Walaupun kamu se-ekor anjing, aku bersedia menjadi istrimu,” ujar Dayang Sumbi. Ajaibnya, se-ekor anjing tersebut berubah menjadi seorang pria tampan. Dayang Sumbi sangat terkejut melihat hal tersebut. “Siapa kamu?” tanyanya. “Aku adalah jelmaan dari Tuhan” kata pria muda itu).

The two of them soon fell in love with each other and were since then involved in a romantic relationship. Dayang Sumbi called the young man Si Tumang, which most of time he would be in his dog form (mereka berdua kemudian saling jatuh cinta dan sejak saat itu memiliki hubungan romantis. Dayang Sumbi memmanggil pria tersebut Si Tumang, yang mana seringnya hidup dalam bentuk anjing).

A year later, they had a son which they named Sangkuriang. The little boy grew up smart and tireless. Every day, he would go to the woods to hunt deer and catch fishes in the river accompanied by Si Tumang. Sangkuriang didn’t know that the dog was actually his father (satu tahun kemudian, mereka memiliki seorang anak laki – laki yang mereka beri nama Sangkuriang. Putra kecil mereka tumbuh besar menjadi anak yang pintar dan tak kenal lelah. Setiap hari, dia akan pergi ke dalam hutan untuk memburu rusa dan menangkap ikan di sungai dengan ditemani oleh si Tumang. Sangkuriang tidak mengetahui bahwa sebenarnya Tumang adalah ayahnya).

One day, he went to hunting and wanted to give her mother a gift, a dear heart. However, until night came, he didn’t see any deer. He got frustrated. And then he went home with Tumang the dog, on the way home they saw a deer. He ordered Tumang to run after it, but the dog stayed still. He was frtustrated and at the same time anger toward the dog, Sangkuriang lost grip of the arrow, the arrow run toward the dog and killed it. Sangkuriang then took its heart for his mother instead (suatu hari, dia pergi berburu dan ingin memberi hadiah untuk ibunya hari se-ekor rusa. Namun, sampai hari gelap, dia tidak melihat rusa. Dia mulai frustasi. Dan kemudian dia pulang ke rumah bersama Tumang si anjing, dalam perjalanan dia melihat se-ekor rusa. Dia memerintahkan Tumang untuk mengejarnya, tetapi anjing tersebut tetap diam. Dia frustasi dan dalam waktu yang sama merasa sangat marah kepada Tumang, Sangkuriang hilang keseimbangan pada panahnya, pana tersebut melayang kea rah anjing dan membunuhnya. Kemudian Sankuriang mengambil hatinya untuk ibunya sebagai gantinya) .

Dayang Sumbi cooked the heart at their hut before she realised Tumang not home yet. Sangkurian can’t hide the truth from his mom then he said the truth that he killed Tumang. Dayang Sumbi turned very angry and hit Sangkuraing’s head with her spoon until his son head bleeding and wounded. Sangkuriang feeling so sad, but his mother still can’t agreed with her son yet she couldn’t reveal Tumang was his father actually(Dayang sumbi memasak hati tersebut di gubuk mereka sebelum akhirnya dia sadar bahwa dia tidak melihat Tumang di rumah. Sangkuriang tidak bisa menyembunyikan kebenaran dari ibunya, kemudian dia mengatakan yang sebenarnya bahwa dia telah membunuh Tumang. Dayang Sumbi berubah sangat marah dan kemudian memukul kepada Sangkuriang denga sendok sampai kepalanya berdarah dan terluka. Sangkuriang merasa sangat sedih, tapi ibunya tidak bisa menerima apa yang sudah dilakukan anaknya, tapi dia juga tidak bisa mengatakan bahwa Tumang adalah ayah Sangkuriang).

Sangkuriang decided to leave his house. He stroll to anywhere. Dayang Sumbi felt regretted after that. Time passed by, Dayang Sumbi prayed to God and God give her the eternal youth, so sangkuriang can recognize her anytime he came back. Time and wounded on his head made him lost a lot of his past life, he can’t even remember his mother (Sangkuriang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia berjalan kemana saja. Dayang Sumbi kemudian merasa menyesal. Waktu berlalu, Dayang Sumbi berdoa kepada Tuhan dan Tuhan memberinya anugrah dengan tetap menjadi muda, jadi Sangkuriang dapat mengenalinya saat dia kembali nanti. Wkatu dan luka dikepalanya membuat Sangkuriang lupa akan kehidupan masa lalunya, dia bahkan tidak dapat mengingat ibunya).

He live alone in the wood. When he old enough to searching back his past life, he went out from the wood. On the way he found the hut. He stopped at the hut and asked for water. The owner of the hut was so beautiful, that was actually his own mother, but he can’t remember anything. they soon after fell in love each other. Sangkuriang didn’t know that was his mother, Dayang Sumbi also didn’t realized (dia tinggal sendiri di dalam hutan. Ketika dia sudah cukup umur dia kembali mencari masa lalunya, dia pergi keluar dari hutan. Di tengah perjalanan dia menemukan sebuah gubuk. Dia singgah untuk meminta air minum. Penghuni gubuk tersebut sangatlah cantik, dan dia adalah ibu kandungnya, tetapi dia tidak dapat mengingat apapun. Mereka kemudian saling jatuh cinta. Sangkuriang tidak tahu bahwa itu adalah ibunya, begitu juga dengan Dayang Sumbi yang tidak mengenali anaknya).

The next morning, Sangkuriang was about to go hunting. He asked Dayang Sumbi to tie his headband. It was when Dayang Sumbi saw the scar on his head. She surprised and ask Sangkuriang how did he got the scar. He couldn’t remember that. He said that a hermit found him unconscious and wounded in the jungle. At the moment Dayang Sumbi knew that her lover was his own lost son. She became anxious, she knew she couldn’t marry her own son. She started thinking how to distant herself from him (ke-esokan paginya, Sangkuriang akan pergi berburu. Dia meminta Dayang Sumbi untuk mengikat pita kepalanya. Saat itulah Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepalanya. Dia sangat terkejut dan bertanya bagaiamna dia bisa terluka di kepala? Sangkuriang tidak dapat mengingat apapun. Dia mengatakan bahw seorang petapa menemukannya tidaksadarkan diri dan terluka didalam hutan. Pada saat itu Dayang Sumbi tahu bahwa kekasihnya adalah anaknya sendiri. Dia menjadi gelisah, dia tahu tidak tidak dapat menikahi anaknya sendiri. Dia mulai berfikir bagaimana menjauhi dirinya dari Sangkuriang).

She tried to explain to Sangkuriang but he won’t accepted that. He insist to marry her. Seeing his son’s insistence she became scared. She thought of every possible way to distant herself from him (dia mencoba menjelaskan kepada Sangkuriang tetapi dia tidak dapat menerima hal tersebut. Dia berkeras untuk menikahinya. Karena desakan anaknya dia kemudian menjadi ketakutan. Dia memikirkan segala cara untuk dapat menjauhkan dirinya dari anaknya).

An idea finally came across her mind. She asked Sangkuriang to make her a lake and a boat. Driven with love, Sangkuriang agreed to grant her wish. Dayang Sumbi demanded Sangkuriang to finish the task before dawn the next day. Sangkuriang used all his powers and called unseen spirits to help him with the task (kemudian dia mendapatkan ide. Dia meminta Sangkuriang untuk membuatkannya sebuah danau dan perahu atas nama cinta, Sangkuriang setuju untuk memenuhi keinginannya. Dayang Sumbi menuntut Sangkuriang untuk menyelesaikan tugas tersebut sebelum subuh esok harinya. SAngkuriang mengerahkan segala kekuatannya dan memanggil para jin untuk membantunya menyelesaikan permintaan Dayang Sumbi).

They began to dig the ground and pile big stones to dam up Citarum River. In the middle of the night, Dayang Sumbi silently peeped at Sangkuriang’s work, only to be surprised by how fast they were doing it. Dayang Sumbi could no longer stay calm. She rushed to the village and woke the people up (mereka kemudian mulai menggali tanah dan menyusun batu – batu besar untuk membendung sungai Citarum. Dipertengahan malam, Dayang Sumbi diam – diam mengintip pekerjaannya, dia terkejut karena Sangkuriang begitu cepat dalam bekerja. Dayang Sumbi tidak dapat duduk diam. Dia kemudian buru – buru berlari ke kampung dna membangunkan orang –orang).

She asked help from the villagers to get a wide and long red cloth and spread out on the east where Sangkuriang was working. The red cloth made it look like it was morning already. People also took out their roosters and let them crow. The spirits helping Sangkuriang thought the sun was rising already (dia meminta bantuang dari orang – orang kampung untuk encarikannya kain merah panjang dan dibentangkan di sebelah timur tempat Sangkuriang bekerja. Kain merah tersebut akan memunculkan pemandangan seperti pagi hari. orang – orang juga harus mengambil ayam jago mereka dan membuat mereka berkokok. Para jin yang membantu Sangkuriang menyangka hari sudah mulai pagi).

They hurried to vanish to avoid getting burnt, leaving the work undone. However, Sangkuriang, a smart man, knew that it was actually not morning yet. He knew that it was all Dayang Sumbi’s ideas. He was infuriated. Using his power, he ruined the dam he made. In a very short time, water overflowed the place. He then kicked the boat away. It was flung up high, and fell upside down. Over the time, it turned into a mountain, and people since then called the mountain Tangkuban Perahu (mereka buru – buru menghilang, meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Namun, Sangkuriang adlaah pria yang pintar, dia tahu bahwa itu belumlah pagi. Dia tahu bahwa Dayag Sumbilah biang keladinya. Sangkuriang sangat geram. Menggunakan kekuatannya, dia kemudian merusak bendungan yang sudah dia buat. Dalam waktu yang sangat singkat, meluap. Dia kemudian menendang perahu hingga terbalik. Seiring berjalannya waktu, perahu tersebut berubah menjadi gunung, dan orang – orang sejak saat itu menyebut gunung tersebut sebagai gunung Tangkuban Perahu).

--*--

Pelajaran moral yang dapat kita ambil; jangan mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan, apalagi sampai mengkhianati teman dekat sendiri. Ibu Sankuriang mempercayai Tumang (yang merupakan ayahnya sendiri) menjadi anjing yang haru terus bersamanya ketika dia berburu. Dan Rumang sendiri sudah menjadi teman dekat Sangkuriang sejak dia kecil, dia tidka seharusnya mengkhianati tumang dengan mengambil hatinya untuk memenuhi nafsunya yang berkeinginan memberikan sang ibu hadiah spesial. Kepercayaan yang sudah di berikan tidak seharusnya kita hancurkan begitu saja.