Widget HTML #1

Biografi Ir. Soekarno dalam Bahasa Inggris Singkat dan Artinya


Siapa yang tidak mengenal Ir. Sukarno yang merupakan presiden pertama Indonesia setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya. Sukarno adalah salah satu pejuang yang ikut campur dalam merebut kembali Negara Indonesia tercinta. Sama seperti Pahlawan lainnya, Sukarno tidak merebut kembali Negara ini dari tangan penjajah semudah membalikkan telapak tangan. Dia juga melewati banyak rintangan dan strategi dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya itu saya , biografi Sukarno dibawah ini juga bercerita sedikit tentang kehidupan pribadinya, langsung saja kita lihat contoh biografi singkat berikut ini;

Biografi Ir. Soekarno dalam Bahasa Inggris dan Artinya


The son of a Javanese primary school teacher, an aristocrat named Raden Soekemi Sosrodihardjo (Anak dari seorang Sekolah Dasar di Jawa, seorang ninggrat bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo), and his Hindu Balinese wife from the Brahmin varna named Ida Ayu Nyoman Rai from Buleleng regency (dan Istrinya yang merupakan orang Bali beragama Hindu dari Brahmin Varna bernama Ayu Nyoman Rai berasal dari kabupaten Bulelang) , Sukarno was born at Jalan Pandean IV/40, Soerabaia (now known as Surabaya), East Java, in the Dutch East Indies (now Indonesia) (Sukarno lahir di Jalan Paden IV/$0, Soerabai (yang sekarang dikenal dengan nama Surabaya), Jawa timur, Di Dutch East Indies (yang sekarang bernama Indoneisa) ).

He was originally named Kusno Sosrodihardjo (dia memiliki nama Asli Kusno Sosrodihardjo). Following Javanese custom, he was renamed after surviving a childhood illness (mengikuti adat jawa, namanya kemudian diganti setelah dia berhasil sembuh dari penyakitnya ketika dia masih kecil). After graduating from a native primary school in 1912 (setelah tamat dari sekolah dasar pribumi pada tahun 1912), he was sent to the Europeesche Lagere School (a Dutch primary school) in Mojokerto (dia kemudian disekolahkan di Eusopeesche Lagere School (sekolah dasar bagi orang – orang belanda) di Mojokerto). Subsequently, in 1916, Sukarno went to a Hogere Burgerschool (a Dutch type higher level secondary school) in Surabaya (setelah itu, para tahun 1916, Sukarno bersekolah di Hogere Burgerschool (sekolah belanda untuk pendidikan yang lebih lanjut) di Surabaya), where he met Tjokroaminoto, a nationalist and founder of Sarekat Islam (Dimana dia bertemu dengan Tjokroaminoto, seorang nasionalis dan penemu Sarekat Islam).

In 1920, Sukarno married Tjokroaminoto's daughter Siti Oetari (pada tahun 1920, sukarno menikahi anak perempuan Tjokroaminoto Siti Oetari). In 1921, he began to study civil engineering (with focusing on architecture) at the Technische Hoogeschool te Bandoeng (Bandoeng Institute of Technology) (pada tahun 1912, dia mulai mempelajari ilmu teknik sipil (yang mana berfokus pada teknik arsitektur) di Technische Hoogeschool Te doingeng (atau sekrang adalah ITB) , where he obtained an Ingenieur degree (abbreviated as "Ir.", a Dutch type engineer's degree) in 1926 (yang mana dia mendapatkan gelar insinyur (yang disingkat enjadi “Ir”., yang merupakan gelar yang sering digunakan kaum Belanda) pada tahun 1926) .

During his study in Bandung, Sukarno became romantically involved with Inggit Garnasih (selama masa pendidikannya di Bandung, Sukarno memiliki hubungan romantis dengan Inggit Garnasih), the wife of Sanoesi, the owner of the boarding house where he lived as a student (seorang istri dari pemilik rumah kost yang dia tempati ketika dia seorang mahasiswa). Inggit was 13 years older than Sukarno (Inggit berusia 13 tahun lebih tua daripada Sukarno). In March 1923, Sukarno divorced Siti Oetari to marry Inggit (who also divorced her husband Sanoesi) (pada bulan MAret 1923, Sukarno menceraikan Siti Oetari untuk menikahi Inggit (yang mana menceraikan suaminya Sanoesi). Sukarno later divorced Inggit and married Fatmawati (kemudian Sukarno menceraikan Inggit dan menikahi Fatmawati).

Sukarno was the leader of his country's struggle for Independence from the Netherlands (sukarno merupakan pemimpin untuk negaranya ketika berjuang demi kemerdekaan negaranya dari penjajahan Belanda). He was a prominent leader of Indonesia's nationalist movement during the Dutch colonial period (dia merupakan pemimpin terkemuka Indonesia dalam malawan penjajahan Belanda), and spent over a decade under Dutch detention until released by the invading Japanese forces (dan menghabiskan waktu selama satu decade dibawah kekangan belanda sampai kemudian di bebaskan kembali oleh tentara Jepang yang kemudian datang dan menjajah Indonesia). Sukarno and his fellow nationalists collaborated to garner support for the Japanese war effort from the population (Sukarno dan teman – temannya bersatu untuk mengumpulkan dukungan untuk menyerang tentara Jepang), in exchange for Japanese aid in spreading nationalist ideas (dengan imbalan menyebarkan ide – ide nasionalis).

Upon Japanese surrender (pada saat Jepang menyatakan menyerah), Sukarno and Mohammad Hatta declared Indonesian independence on 17 August 1945 (Sukarno dan Mohammad Hatta menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945), and Sukarno was appointed as first president (dan Sukarno di tunjuk untuk menjadi president pertama). He led Indonesians in resisting Dutch re-colonization efforts via diplomatic and military means until the Dutch acknowledgement of Indonesian independence in 1949 (Dia memimpin Indonesia untuk menolak Belanda yang ingin menjajah kembali melalui hubungan diplomasi dan militer sampai akhirnya Belanda mengetahui bahwa Indonesia sudah dinyatakan Merdeka).

Author Pramoedya Ananta Toer once wrote "Sukarno was the only Asian leader of the modern era able to unify people of such differing ethnic, cultural and religious backgrounds without shedding a drop of blood." (Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya pernah menyebutkan bahwa Sukarno adlah satu – satunya pemimpin di Asia di era modern yang mampu menyatukan bangsa dengan perbedaan etnis, kultur dan juga agama tanpa ada pertumpahan darah)

After a chaotic period of parliamentary democracy (setelah periode demokrasi yang begitu sembraut), Sukarno established an autocratic system called "Guided Democracy" in 1957 that successfully ended the instability and rebellions which were threatening the survival of the diverse and fractious country (Sukarno mendirikan sistem otokratis yang disebut “Demokrasi Terpimpin” pada tahun 1957 yang berhasil mengakhiri ketidakstabilan dan pemberontakan yang mengancam kelangsungan hidup negara yang beragam dan terpecah belah).

The early 1960s saw Sukarno veering Indonesia to the left by providing support and protection to the Communist Party of Indonesia (PKI) to the irritation of the military and Islamists (pada awal tahun 1960 Sukarno berbelok arah dengan memberi dukungan dan perlindungan untuk Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tidak sejalan dengan militer dan Keislaman Indonesia). He also embarked on a series of aggressive foreign policies under the rubric of anti-imperialism, with aid from the Soviet Union and China (memulai serangkaian kebijakan luar negri yang agresif di bawah kebijakan anti-imperialisme, dengan bantuan Uni Soviet dan China).

The failure of the 30 September Movement (1965) led to the destruction of the PKI and his replacement in 1967 by one of his generals , Suharto (see Transition to the New Order), and he remained under house arrest until his death (kegagalan mulai terjadi ketika pergerakan masa yang terjadi pada 30 September 1965 mengakibatkan kehancuran PKI dan posisinya sebagai presiden tergeser oleh Suharto, dan kemudian menjadi tahanan rumah sampai dia meninggal).


Semoga contoh biografi diatas dapat membantu kamu mengenal lebih jauh pejuang – pejuang Indonesia yang sudah susah payah merebut kembali Indonesia dari tangan penjajah. Dengan belajar sejarah kita bisa lebih mengenal jati diri Negara dan bangsa kita sendiri. Sejarah juga dapat menumbuhkan rasa nasionalis dalam diri kita masing – masing, tidak hanya itu kita juga jadi lebih mensyukuri hidup lebih sering lagi.