Widget HTML #1

Contoh Descriptive Text About Borobudur Temple (Candi Borobudur) dalam Bahasa Inggris dan Artinya


DESKRIPTIF TEKS TENTANG CANDI BOROBUDUR - Borobudur merupakan salah satu arsitektur terkenal yang menjadi peninggalan bagi Negara Indonesia yang terletak di Megelang, Jawa tengah. Di kenal sebagai kuil Hindu – Budha terbesar di dunia, Borobudur sudah mendapatkan pengakuan dan perlindungan dari UNESCO. Bangunan yang berdiri dengan arsitektur unik ini menjadi salah satu titik wisata yang maeraup banyak perhatian para wisatawan dunia. Setiap tahunnya ribuan atau bahkan jutaan tusir asing maupun lokal yang datang berkunjung untuk menyaksikan keajaiban dunia ini.

Sebagai orang Indonesia kita patut bangga dengan warisan – warisan yang ditinggalkan oleh nenek – nenek moyang kita. Begitu banyak budaya yang dikenal oleh seluruh dunia namun masih banyak penduduk asli Indonesia yang tidak mengetahuinya. Hari ini kita kembali dengan pembahasan deskriptif teks. Tugas kita hari ini adalah menggali informasi tentang Candi Borobudur dan kemudian menjadikannya sebuah teks deskriptif. Sebelum itu mari kita lihat contoh singkat di bawah ini;

Contoh Descriptive Text About Borobudur Temple (Candi Borobudur)

The Borobudur Temple Compounds is one of the greatest Buddhist monuments in the world (Candi Borobudur adalah monument yang paling terbesar di dunia), and was built in the 8th and 9th centuries AD during the reign of the Syailendra Dynasty (Dan di bangun pada abad 8 dna 9 sebelum masehi pada pemerintahan Raja Syailendra). The monument is located in the Kedu Valley (Candi ini terletak di Kedu Valley), in the southern part of Central Java, at the centre of the island of Java, Indonesia (Di daerah selatan Jawa Tengah, di tengah pulau jawa, Indonesia).

The main temple is a stupa built in three tiers around a hill which was a natural centre: a pyramidal base with five concentric square terraces (candi utama dibangun berbentuk stupa dengan tiga tingkat di sekitar puncak yang mana merupakan pusat canrdi: piramida yang dengan lima teras persegi konsentris) , the trunk of a cone with three circular platforms and (kuncup dengan tiga peron yang bulat), at the top, a monumental stupa (dan pada bagian yang paling atas, terdapat stupa yang bernilai tinggi).


The walls and balustrades are decorated with fine low reliefs, covering a total surface area of 2,520 m2 (dinding dan birai yang di dekorasi dengan relif sederehana yang indah, menutupi permukaan sebesar 2,520 meter persegi). Around the circular platforms are 72 openwork stupas, each containing a statue of the Buddha (di sekitar monument yang berbentuk lingkaran terdapat 72 stupa, setiap stupa terdapat satu patung budha).


The vertical division of Borobudur Temple into base, body, and superstructure perfectly accords with the conception of the Universe in Buddhist cosmology (pembagian secara fertikal pada candi Borobudur dari bagian dasar, bagian badan, dan struktur sempurna dengan konsep yang sesuai dengan konsep semesta alam kosmologi budha) .


It is believed that the universe is divided into three superimposing spheres, kamadhatu, rupadhatu, and arupadhatu (ini dipercaya bahwa dunia ini terbagi kepada tiga golongan, Kamadhatu, rupadhatu, dan aruphatu) , representing respectively the sphere of desires where we are bound to our desires, the sphere of forms where we abandon our desires but are still bound to name and form (mewakili masing – masing keinginan dimana kita terikat dengan keinginan kita sendiri, figur yang mewakili ‘bentuk’ menyatakan tentang kita yang mana meninggalkan hawa nafsu namun tetap terikat pada nama dan bentuk) , and the sphere of formlessness where there is no longer either name or form (dan figure yang menyatakan ‘ketidak berujutan’ dimana tidak adalagi nama ataupun bentuk).


At Borobudur Temple, the kamadhatu is represented by the base, the rupadhatu by the five square terraces, and the arupadhatu by the three circular platforms as well as the big stupa (pada candi Borobudur, Kamadhatu mewakili bagian dasar, rupadhatu mewakili lima teras yangberbentuk persegi, dan arupadhatu yang merupakan perwakilan dari podium melingkar yang sama besarnya dengan stupa).


The whole structure shows a unique blending of the very central ideas of ancestor worship (keseluruhan stuktur menunjukkan percampuran keunikan dari pemikiran – pemikiran orang terdahulu dalam menyembah tuhan), related to the idea of a terraced mountain, combined with the Buddhist concept of attaining Nirvana (berkaitan dengan ide teras yang bertingkat – tingkat, digabungkan dengan konsep budha untuk mencapai Nirvana).


The Temple should also be seen as an outstanding dynastic monument of the Syailendra Dynasty that ruled Java for around five centuries until the 10th century (Candi ini juga menjadi salah satu monument yang paling terkenal di masa pemerintahan raja Syailendra yang memerintah jawa selama 5 abad sampai abad ke 10). The Borobudur Temple Compounds consists of three monuments (Candi Borobudur terdiri dari 3 monumen): namely the Borobudur Temple and two smaller temples situatued to the east on a straight axis to Borobudur (yaitu candi Borobudur dan dua candi kecil yang di sebelah timur yang terletak pada poros lurus ke Borobudur) .


The two temples are Mendut Temple, whose depiction of Buddha is represented by a formidable monolith accompanied by two Bodhisattvas (dua candi adalah candi Mendut yang merupakan gambaran budha terhadap monolit yang di damping dengan sua Bodhisattvas) , and Pawon Temple , a smaller temple whose inner space does not reveal which deity might have been the object of worship (dan candi pawon, adalah candi yang lebih kecil yang mana bagian dalamnya tidak pernah) . Those three monuments represent phases in the attainment of Nirvana (tiga monument tersebut menunjukkan fase dari pencapaian menuju Nirvana).


The temple was used as a Buddhist temple from its construction until sometime between the 10th and 15th centuries when it was abandoned (candi ini digunakan sebagai candi kaum Budha sejak dibangun hingga sekitat abad 10 dan 15 ketika dia pernah terbengkalai). Since its re-discovery in the 19th century and restoration in the 20th century (sejak kembali ditemukan pada abad ke 19 dan menjalani perbaikan pada abad ke 20), it has been brought back into a Buddhist archaeological site (candi ini dikembalikan pada arkeolog Budha).


Bagi kamu yang masih bingung memilih tempat wisata untuk agenda liburan selanjutnya, kamu bisa memasukkan Borobudur menjadi salah satu tempat wisata yang layak untuk kamu kunjungi di dalam list liburan. Mempelajari sejarah budaya snediri sembari melepas stress bukan puilihan yang buruk kan?

Setelah melihat contoh singkat di atas sekarang giliran kamu menulis deskriptif teks ala kamu sendiri. Sekarang siapkan kertas dan penanya ya teman – teman, selamat mencoba~